Kisah Pendidikan Islam – SKALA PRIORITAS DALAM MENUNTUT ILMU

Abu Ja’far mengatakan, suatu saat saya mendatangi Abu Abdillah (Imam Ahmad ibn Hanbal), kemudian saya bertanya kepadanya, Apakah boleh berwudhu dengan air bunga? Dia menjawab, Aku tidak menyukai hal itu. Saya bertanya, ‘Apakah boleh aku berwudhu dengan air kacang? Dia menjawab, Aku tidak menyukai hal itu. Saya bertanya lagi, ‘Apakah aku boleh berwudhu dengan air mawar? Dia menjawab, Aku tidak menyukai hal itu. Maka tatkala aku hendak beranjak dia memegang lengan bajuku dan balik bertanya, ‘Apa yang engkau baca tatkala masuk masjid? Maka aku pun terdiam tidak dapat menjawabnya, lalu dia bertanya lagi, ‘Apa yang engkau baca tatkala keluar masjid? ‘Aku pun terdiam lagi dan tidak dapat menjawabnya, kemudian dia berkata, Pergilah dan belajarlah tentang hal ini! (Ath-Thabaqaat 1/41 dan Siar A’lam an-Nubalaa’, 13/444).

Syaikh Dr. Abdul Aziz ibn Muhammad ibn Abdullah As-Sadhan hafidhahullah mengomentari kisah diatas, beliau berkata, Orang tersebut telah memulai langkahnya dengan menuntut ilmu, dengan bertanya tentang beberapa perkara yang boleh jadi sangat jarang dijumpai, namun dia justru meninggalkan beberapa perkara yang lebih utama dan lebih penting untuk dikaji. (Ma’alim fii Thariiq Thalibi al-Ilm, 69-70).

Faidah dari Kisah diatas

  1. Hendaknya setiap penuntut ilmu memulai belajar dari yang terpenting dahulu.
  2. Hal yang terpenting yang wajib dipelajari oleh setiap muslim adalah tentang tauhid dan aqidah.
  3. Hendaknya memperhatikan urutan dalam nenuntut ilmu.
  4. Wasiat Luqman adalah metode terbaik dalam urutan menuntut ilmu.
  5. Mulailah dari kitab-kitab ringkas sebelum kitab yang tebal.
  6. Mengkaji ilmu dari seorang guru yang terpercaya dalam ilmu dan agamanya.
  7. Tidak menyibukkan diri dengan kitab-kitab besar yang panjang lebar merinci permasalahan sebelum menguasai pokok permasalahan.
  8. Tidak pindah dari satu kitab/buku ke kitab lainnya tanpa sebab (tuntutan) karena ini termasuk sifat bosan.
  9. Dialog adalah bagian dari konsep pendidikan Islam.
  10. Tidak tahu termasuk setengah ilmu.
  11. Bukan bagian dari aib jika seorang guru mengatakan tidak tahu atau yang semisalnya.
  12. Memperhatikan adab menuntut ilmu dan bermajelis.
  13. Dalam menuntut ilmu selain memperhatikan kiat-kiat memperoleh ilmu juga harus memperhatikan hal-hal yang menghalangi untuk mendapatkan ilmu.
  14. Memohonlah kepada Allah agar diberi kemudahan dalam menuntut ilmu.

Ditulis oleh Abu Rufaydah Endang Hermawan, Lc., MA.

Leave a Comment

Donate
Address
Address

Contact

About Us

Blog