Berikut ini adalah adab seorang muslim terhadap Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam
- Mentaatinya, mencontoh, mentauladani dan mengikuti sunnahnya.
- Mendahulukan cinta kepadanya dari yang lainnya, dan mengormati serta memuliakannya.
- Membaca shalawat saat menyebut namanya. [1]
- Waspada terhadap perbuatan yang menyelisihi dan melanggar tuntunannya.
- Tidak mendahulukan perkataan siapapun atas perkataan dan pendapat Rasulullah r.
- Beriman kepada kenabian dan risalahnya serta membenarkan apa-apa yang diberitakannya.
- Waspada terhadap sikap berlebihan terhadap dirinya, yaitu dengan mengangkat derajatnya melebihi keududukan yang telah diturunkan oleh Allah Taa’ala baginya.
- Tidak memberikan kepada beliau sesuatu yang menjadi kekhususan bagi Allah, seperti bersumpah, berserah diri dan berdo’a yang ditujukan hanya kepada Allah.
- Bersikap loyal kepada orang yang loyal kepada beliau, mencintai orang yang dicintainya, membenci dan berlepas diri dari musuh-musuhnya.
- Membela sunnah dan syari’ahnya.
- Menghidupkan sunnah beliau, mempertahankan syari’ahnya dan menyampaikan da’wahnya, serta melaksanakan wasiatnya.[2]
Disadur dari kitab Multaqo al Adab Asy Syariyah
Makna mengucapakan shalawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam :
Sebagian ulama mengatakan bahwa: Ucapan shalawat yang berasal dari Allah berarti curahan rahmat, perkataan ini ditentang oleh Ibnu Qoyyim dengan tiga alasan:
- Antara rahmat dan shalawat terdapat perbedaan, sebab Allah membedakan antara keduanya, sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah Ta’ala:ُألَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ….
- Memohon rahmat diperintahkan bagi setiap muslim, sementara membaca shalawat hanya khusus bagi Nabi
- Rahmat Allah mencakup segala sesuatu, sementara shalawat khusus untuk hamba tertentu.
Pendapat yang benar adalah apa yang dijelaskan oleh Abul Aliyah Rufai’I ibnu Mahron Al-Riayhi yang diriwayatkan oleh Al-Bukahri. Ia berkata: Shalawat Allah kepada Nabi-Nya berarti pujian-Nya di tempat yang tertinggi.
-Tidak diperbolehkan mengucapakan shalawat dan salam secara berkesinambungan kecuali kepada Nabi, selain mereka dibolehkan pada saat-saat tertentu saja. Sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukahri dalam kitab shahihnya, bahwa Nabi Shalallahu alaihi wassalam bertanya tentang shadaqah yang didatangkan kepadanya. Maka dikatakan kepadanya bahwa itu adalah dari keluarga Abi Aufa. Maka Nabi Shalallahu alaihi wassalam mengucapkan: َاللهُمَّ صَلِّ عَلىَ أَبِي أَوْفَى (Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada keluarga Abi Aufa). Oleh karenanya, boleh mengucapkan shalawat kepada orang tertentu yang dikenal kebaikannya dengan syarat perbuatan tersebut tidak dijadikan sebagai kebiasaan.
-Penulisan shalawat kepada Nabi dengan simbol صلعم adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan sunnah. Dan telah disebutkan oleh Al-Shakhawi Al-Syafi’I dalam kitab “Fathul Mugits syarah Alfiatul Hadits bahwa orang yang paling pertama menulis (ص) dipotong tangannya.
[2] Seorang lelaki mendatangi Malik rahimahullah, lalu ia berkata: “Dari manakah saya harus berihram”
Imam Malik menjawab: Dari miqat yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.
Lelaki itu berkata kembali: Jika aku berihram dari tempat yang lebih jauh (sebelum sampai di miqot)?.
Imam Malik berkata: Aku tidak berpendapat yang demikian.
Lelaki tersebut berkata: Dia tidak meninggalkan apa-apa yang menjadi dasar kewajiban
Imam Malik berkata: Aku khawatir akan terjadinya fitnah.
Lelaki tersebut menimpali: Fitnah apakah yang engkau khawatirkan dengan bertambahnya kebaikan?
Imam Malik menegaskan: Sesungguhnya Allah berfirman
فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيْـبَهُمْ فِـتْـنَةٌ أَوْ يُصِيْـبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” QS. Al-Nur: 63.
Disusun oleh : Ust. Abu Rufaydah, Lc. MA Hafidhohullah