Sufyan Ats-Tsauri adalah pemimpin ulama-ulama Islam dan gurunya. Sufyan rahimahullah adalah seorang yang mempunyai kemuliaan, sehingga dia tidak butuh dengan pujian. Selain itu Ats-Tsauri juga seorang yang bisa dipercaya, mempunyai hafalan yang kuat, berilmu luas, wara’ dan zuhud”, demikian kata Al-Hafidz Abu Bakar Al-Khatib rahimahullah.
Beliau adalah Sufyan bin Said bin Masruq bin Rafi’ bin Abdillah bin Muhabah bin Abi Abdillah bin Manqad bin Nashr bin Al-Harits. Lahir di Kufah pada tahun 77 H dan wafat pada tahun 162 H . Hidup pada masa khilafah Sulaiman bin Abdul Malik. Ayahnya adalah seorang ahli hadits ternama, yaitu Said bin Masruq Ats-Tsauri. Ayahnya adalah teman Asy-Sya’bi dan Khaitsamah bin Abdirrahman. Keduanya termasuk para perawi Kufah yang dapat dipercaya. Mereka juga termasuk generasi tabi’in.
Sufyan bagaikan lautan yang tidak diketahui kedalamannya, bagaikan air bah yang mengalir yang tidak mungkin terbendung. Diantara pujian para ulama terhadap beliau adalah:
Waqi’ ibn Jarrah rahimahullah berkata : “ Sufyan adalah bagaikan lautan”.
Sedang Abdurrahman Al-Auza’I rahimahullah juga mengatakan, “Tidak ada orang yang bisa membuat ummat merasa ridha dalam kebenaran kecuali Sufyan.”
Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah juga telah berkata, “Aku tidak melihat ada orang yang lebih utama dari Sufyan, sedang dia sendiri tidak merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling utama.”
Tahukah anda bahwa dibalik kebesaran Sufyan Ats Tsauri ada seorang ibu yang tak lelah berdoa dan berusaha. Ibundanya yang benar-benar berperan sebagai ibu. Ibundanya tahu bagaimana memainkan peran sebagai seorang wanita. Dengan peran aktif itulah maka kelak anaknya menjadi seorang alim yang tersohor.
Ibundanya pula yang mendorong putranya untuk menuntut ilmu tanpa memikirkan harus mencari nafkah. Dilah yang mengajarkan bahwa ilmu yang dipelajari haruslah bermanfaat, sebab jika tidak maka pasti akan menjadi madharat.
Nasihat ibundanya yang serat makna disampaikan dari hati yang jernih. Meskipun singkat didengar namun berat untuk diamalkan, nasihat yang keluar dari hati akan diterima oleh hati. Sang ibu pernah berkata kepadanya;
“يا بني، اطلب العلم وأنا أكفيك من مغزلي. يا بني، إذا كتبت عشرة أحاديث -وفي رواية: عشرة أحرف- فانظر هل ترى في نفسك زيادة في مشيك وحلمك ووقارك؟ فإن لم تَرَ ذلك فاعلم أنه يضرك ولا ينفعك” (تاريخ جرجان للسهمي؛ ص: [449-450]، الترجمة رَقْم: [997]، وصفة الصفوة
Wahai putraku, tuntutlah ilmu, dan aku siap membiayaimu dari pintalanku. Wahai putraku, jika engkau telah menulis 10 kalimat, maka perhatikanlah; apakah engkau bertambah takut, sabar, dan sopan ? Jika tidak demikian, maka ketahuilah bahwa semua kalimat tadi akan membahayakanmu dan tidak bermanfaat bagimu. (Tariikh Jurjani, 449-450 dan Shifatush Shafwah).
Sangat dahsyat kalimat yang keluar dari lisan ibundanya. Hal ini menunjukan keilmuan dan kedalaman pemahamannya tentang hakikat ilmu. Bahkan sang ibu rela bekerja siang dan malam memintal kapas menjadi benang, lalu menjualnya demi membiayai sang anak menuntut ilmu.
Masih adakah ibunda-ibunda seperti ini ? Dimana posisi dan peran ibunda saat ini dibanding mereka ? Penulis yakin setiap generasi akan lahir para ulama dan pejuang yang membela agama.
“Wahai para wanita kembalilah kepada fitrahmu, dengan menyibukkan diri mengasuh anakmu.”
Ditulis oleh Abu Rufaydah Endang Hermawan Unib
sumber : https://cianjurkotasantri.com/dahsyatnya-peran-ibu-pada-anak/