Semesta Bertasbih

عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ. لاَ يَضُرُّكَ بَأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ.

Dari Samuroh bin Jundub, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada empat ucapan yang paling disukai oleh Allah: (1) Subhanallah, (2) Alhamdulillah, (3) Laa ilaaha illallah, dan (4) Allahu Akbar. Tidak berdosa bagimu dengan mana saja kamu memulai” (HR. Muslim no. 2137).

MAKNA TASBIH

Secara bahasa Yaitu membersihkan aib, kekurangan, angan-angan rusak, dan persangkaan bohong kepada Allah Azza Wajalla. Asal dari sisi bahasa menunjukkan makna itu. Ia diambil dari ‘Sabhu’ yaitu jauh. Allamah Ibnu Faris mengatakan, “Jika Orang Arab berkata, ‘Subhana Min Kadza’ maksudnya sangat jauh sekali dia dari hal itu. Al-A’sya berkata,” Subhana min Alqomah Al-Fakhir’ saya katakan demikian ketika sampai berita kepadaku tentang kesombongannya. (Mu’jam Maqoyis Lughoh, (3/86).

As-Sam’ani rahimahullah berkata : “Subhaanallah, yaitu menyucikan Allah dari berbagai keburukan, adapun mengagungkan Allah adalah menyifatinya dengan sifat yang sempurna dan berlepas diri dari dari berbagai kekurangan. (Tafsir As-Sam’ani, III/212).

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : “Adapun perintah untuk bertasbih kepada-Nya menunjukkan bahwa Allah tidak memiliki kekurangan dan cacat, justru harus menetapkan sifat yang sempurna baginya. (Majmu’ Fatawa, 16/125)

Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata : “Memuji Allah mengandung dua hal, yaitu pengagungan dan penyucian. (Manar Munif, hlm. 36).

MAKNA TASBIH DALAM AL-QUR’AN

  1. Mengagungkan dan Menyucikan seperti dalam surat Ash-Shaffaat ayat 159.
  2. Bermakna Shalat seperti dalam Surat Thohaa Ayat 130.
  3. Bermakna Do’a seperti dalam Suarat Yuunus ayat 10.
  4. Bermakna Dzikir secara umum seperti dalam Surat al-Baqarah ayat 30.
  5. Bermakna Ibadah seperti dalam surat Ash-Shaffaat ayat 143-144.
  6. Bermakna Pengecualian seperti dalam surat al-Qolam ayat 28.

YANG BERTASBIH KEPADA ALLAH

  1. Allah sendiri bertasbih kepada diri-Nya hampir di 30 tempat salah satunya dalam surat Ash-Shaffaat ayat 180.
  2. Malaikat dalam surat al-Anbiyaa ayat 20.
  3. Para Nabi dan Rasul seperti dalam surat Al-Anbiyaa ayat 20.
  4. Orang-orang beriman dalam Surat al-Israa ayat 108.
  5. Gunung dan Burung dalam surat Al-Anbiyaa ayat 79.
  6. Petir dalam surat Ar-Ra’du ayat 13.
  7. Semua Makhluk bertasbih kepada-Nya dalam surat al-Hasyr ayat 1.
  8. Penduduk Surga dalam surat Yunus ayat 10.

KALIMAT TASBIH DALAM AL-QUR’AN

  • ﴿ سُبْحَانَ رَبِّي ﴾ [الإسراء: 93] ﴿ سُبْحَانَ رَبِّنَا ﴾ [الإسراء: 108].
  • ﴿ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴾ [الطور: 43].
  • ﴿ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ ﴾ [القصص: 68].
  • ﴿ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ ﴾ [المؤمنون: 91].
  • ﴿ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ ﴾ [الصافات: 180].
  • ﴿ فَسُبْحَانَ اللهِ رَبِّ العَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ ﴾ [الأنبياء: 22]
  • ﴿ سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ ﴾ [الإسراء: 1]
  • ﴿ فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ ﴾ [يس: 83]
  • ﴿ سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الأَزْوَاجَ كُلَّهَا ﴾ [يس: 36]
  • ﴿ سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ ﴾ [الزُّخرف: 13] وهو سنة في الركوب.
  • ﴿ سُبْحَانَ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ رَبِّ العَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ ﴾ [الزُّخرف: 82].

KAPAN DIANJURKAN MENGUCAPKAN SUBHANALLAH?

Terdapat beberapa keadaan, dimana kita dianjurkan mengucapkan subhanallah. Diantaranya,

  1. Ketika kita keheranan terdapat sikap. Misalnya, terlalu bodoh, terlalu kaku, terlalu aneh, dst. Bukan keheranan terhadap harta atau fisik yang dimiliki orang lain. Tapi keheranan terhadap sikap.

Contoh pertama, Abu Hurairah pernah ketemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi junub. Lalu Abu Hurairah pergi mandi tanpa pamit. Setelah balik, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, mengapa tadi dia pergi. Kata Abu Hurairah, “Aku junub, dan aku tidak suka duduk bersama anda dalam keadaan tidak suci.” Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

سُبْحَانَ اللَّهِ إِنَّ الْمُسْلِمَ لاَ يَنْجُسُ

Subhanallah, sesungguhnya muslim itu tidak najis. (HR. Bukhari 279)

Contoh kedua, ada seorang wanita yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan bagaimana cara membersihkan bekas haid setelah suci. Beliau menyarankan, “Ambillah kapas yang diberi minyak wangi dan bersihkan.” Wanita ini tetap bertanya, “Lalu bagaimana cara membersihkannya.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa malu untuk menjawab dengan detail, sehingga beliau hanya mengatakan,

سُبْحَانَ اللَّهِ تَطَهَّرِى بِهَا

“Subhanallah.., ya kamu bersihkan pakai kapas itu.”

Aisyah paham maksud Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliaupun langsung menarik wanita ini dan mengajarinya cara membersihkan darah ketika haid. (HR. Bukhari 314 & Muslim 774)

Contoh ketiga, Aisyah pernah ditanya seseorang, “Apakah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat Allah?” Aisyah langsung mengatakan,

سُبْحَانَ اللَّهِ لَقَدْ قَفَّ شَعْرِى لِمَا قُلْت

Subhanallah, merinding bulu romaku mendengar yang kamu ucapkan. (HR. Muslim 459).

an-Nawawi mengatakan,

أن سبحان الله في هذا الموضع وأمثاله يراد بها التعجب وكذا لااله إلا الله ومعنى التعجب هنا كيف يخفى مثل هذا الظاهر الذي لايحتاج الإنسان في فهمه إلى فكر وفي هذا جواز التسبيح عند التعجب من الشيء واستعظامه

Bahwa ucapan subhanallah dalam kondisi semacam ini maksudnya adalah keheranan. Demikian pula kalimat laa ilaaha illallah. Makna keheranan di sini, bagaimana mungkin sesuatu yang sangat jelas semacam ini tidak diketahui. Padahal seseorang bisa memahaminya tanpa harus serius memikirkannya. Dan dalam hadis ini terdapat dalil bolehnya membaca tasbih ketika keheranan terhadap sesuatu atau menganggap penting kasus tertentu. (Syarh Shahih Muslim, 4/14).

  1. Keheranan ketika ada sesuatu yang besar terjadi

Misalnya melihat kejadian yang luar biasa.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang tersentak bangun di malam hari, karena keheranan melihat sesuatu yang turun dari langit.

Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, bahwa pernah suatu malam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbangun dari tidurnya.

سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ الْفِتَنِ

“Subhanallah, betapa banyak fitnah yang turun di malam ini.” (HR. Bukhari 115).

Dalam kasus lain, beliau juga pernah merasa terheran ketika melihat ancaman besar dari langit. Terutama bagi orang yang memiliki utang, Dari Muhammad bin Jahsy radhiallahu ‘anhu, “Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat ke arah langit, kemudian beliau bersabda,

سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا نُزِّلَ مِنَ التَّشْدِيدِ

“Subhanallah, betapa berat ancaman yang diturunkan ….”

Kemudian, keesokan harinya, hal itu saya tanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, ancaman berat apakah yang diturunkan?’

Beliau menjawab,

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ رَجُلاً قُتِلَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ أُحْيِىَ ثُمَّ قُتِلَ ثُمَّ أُحْيِىَ ثُمَّ قُتِلَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ مَا دَخَلَ الْجَنَّةَ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ دَيْنُهُ

‘Demi Allah, yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya ada seseorang yang terbunuh di jalan Allah, lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), lalu dia dihidupkan kembali, kemudian terbunuh lagi (di jalan Allah), sementara dia masih memiliki utang, dia tidak masuk surga sampai utangnya dilunasi.’” (HR. Nasa’i 4701 dan Ahmad 22493; dihasankan al-Albani).

Kata Ali Qori, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan subhanallah karena takjub (keheranan) melihat peristiwa besar yang turun dari langit.  (Mirqah al-Mafatih, 5/1964).

Leave a Comment

Donate
Address
Address

Contact

About Us

Blog