Oleh Abu Rufaydah
Keistimewaan Wanita
Berbicara tetang wanita dari sudut manapun akan menarik untuk dibahas dan dikaji, karena wanita memiliki kedudukan yang istimewa dalam keluarga, masyarakat dan negara, bahkan islam meninggikan kedudukan wanita dibalik kekurangan akal dan agamanya. Karena itu sesempurna apapun wanita tetaplah wanita dengan bengkoknya, wanita tetap harus dimuliakan dan diindahkan.
Sejak dahulu wanita memiliki peran yang tidak bisa dipandang sebelah mata apalagi dilupakan, terutama ketika ada yang mengasuhnya dan membawanya kepada kebenaran dengan Pendidikan dan pembinaan yang baik. Dari hasil pembinaan yang dinamis terhadap wanita maka akan melahirkan dari rahimnya buah yang teramat ranum dan pohon-pohonnya menaungi alam semesta dengan kedamaian dan kebaikkan.
Allah berbicara tentang WANITA DALAM AL-QURÁN, bahkan al-Qurán membahas sosok wanita secara khusus yang bernama Maryam, padahal kita tahu bahwa al-Qur’an menceritakan tentang kisah-kisah para lelaki yang memiliki beragam keistimewaan yang tidak sedikit namanya diukir dan dibaca setiap kali membuka lembaran al-Qur’an, namun tidak dengan wanita, dibalik tersembunyi dan tertutup Namanya ada peran wanita yang tak mampu ditandingi oleh laki-laki, agar kita tahu bahwa dibalik kebesaran laki-laki ada wanita, agar kita sadar bahwa manita tidak selalu di depan dan nampak, namun kiprah dan perannya sangat besar. Karena itu wanita dalam posisi apapun ia selalu istimewa.
Ketika ia menjadi anak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada setiap orang tua
مَنِ ابْتُلِىَ مِنَ الْبَنَاتِ بِشَىْءٍ فَأَحْسَنَ إِلَيْهِنَّ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudia dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka” (H.R Muslim 2629)
An-Nawawi rahimahullah mengatakan di dalam kitab Syarh Muslim (V/ 485), “Disebut ibtilaa’ (ujian), karena biasanya orang-orang tidak menyukainya.
Ketika ia menjadi istri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepada setiap suami.
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik pada keluarganya. Aku sendiri adalah orang yang paling baik pada keluargaku.” (HR. Tirmidzi, no. 3895. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ketika ia menjadi ibu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepada setiap anak untuk berlaku baik kepada ibunya.
جاء رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ : أُمُّكَ، قَالَ : ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ : ثُمَّ أُمُّكَ، قَالَ : ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: ثُمَّ أُمُّكَ،قَالَ : ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ : ثُمَّ أَبُوكَ
“Datang seseorang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’ Ia bertanya lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’, Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Bapakmu’ “[Hadits Riwayat Bukhari (Al-Fath 10/401) No. 5971, Muslim 2548]
Usaha Musuh Islam untuk menghancurkan wanita.
Dalam kajian tentang WANITA DALAM AL-QURÁN disebutkan ada 23 wanita dalam al-Qurán. Dari 23 wanita dalam al-Qurán tersebut, peran wanita sebagai istri lebih mendominasi dibandingkan yang lain bahkan mengalahkan peranan wanita sebagai ibu. Karena ketika wanita sukses menjadi seorang istri ia akan sukses menjadi seorang ibu. Peran wanita sebagai ibu sudah menjadi fitrahnya, namun peran menjadi seorang istri itu butuh latihan dan tunduk pada aturan syariát.
Karena itulah musuh-musuh Islam berusaha agar peranan wanita sebagai istri menjadi rusak, ketika rusak bukan hanya anak yang akan terbengkalai bahkan suaminya pun tidak akan terurus. Dr. Khaid Ahmad Asy-Syantut rahimahullah mengatakan; “Lihatlah bagaimana campur tangan Yahudi Internasional dan para agennya dalam merusak jati diri wanita. Karena dengan rusaknya wanita berarti kerusakkan bagi keluarga dan kehancuran masyarakat sekaligus bangsa. Hal ini hampir terjadi diseluruh dunia. Saya perhatikan di beberapa Negara yang berada dibawah penindasan kolonialisme dalam waktu yang lama, mereka (para penjajah) lebih terfokus untuk merusak wanita daripada merusak pria, berangkat dari kesadaran mereka tentang pentingnya peran wanita dalam masyarakat. Selain itu keluarnya wanita dari rumah untuk bekerja bukanlah suatu kebetulan belaka, tetapi merupakan hasil rancangan kaum kapitalis yang dikendalikan oleh Yahudi yang bertujuan menghancurkan keluarga.” (Dr. Khaid Ahmad Asy-Syantut, Tarbiyatul Banaat Fii Baitil Muslim, hal. 14-15).
Para gembong penjajah berkata : “Gelas (khamr) dan biduanita, akan sanggup menghancurkan umat Muhammad lebih hebat dari seribu mariam, maka propogandakanlah kepada mereka kecintaan terhadap materi dan syahwat. Seorang dedengkot Masoniah (salah satu organisasi Yahudi) berkata : “Kewajiban kita adalah untuk memperalat wanita, kapan saja mereka siap mengeluarkan kedua tangannya kepada kita sehingga mereka menghiasi yang haram dan mempropogandakan para pahlawan pembela islam.
Telah disebutkan dalam protokolat, “Kita harus bekerja keras untuk merusak akhlak di setiap tempat untuk mempermudah rencana kita, sesungguhnya Sigmund Freud berada dipihak kita. Dia akan mempropogandakan pergaulan bebas di segala penjuru hingga tidak ada lagi istilah tabu bagi para pemuda, maka jadilah kemauan mereka yang utama adalah melampiaskan nafsu libidonya, maka ketika itu akan hancurlah akhlaknya. (Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam Tarbiyatul Aulad I/286-287).
Dari pernyataan mereka diatas, tentunya program mereka sangat sukses. Mereka sukses mengeluarkan wanita dari fitrahnya. Ketika wanita keluar dari rel agama. Maka bukan saja dirinya yang rusak. Akan tetapi generasi muda, keluarga, masyarakat dan Negara akan hancur.
Pentingnya peran wanita
Seorang anak yang rusak masih bisa menjadi baik asal ia pernah mendapatkan pengasuhan seorang ibu yang baik. Sebaliknya, seorang ibu yang rusak akhlaknya, hanya akan melahirkan generasi yang rusak pula akhlaknya. Itulah mengapa yang dihancurkan pertama kali oleh Yahudi adalah wanita.
Islam memperhatikan pria dan wanita karena mereka akan menjadi ibu-bapak produk baru. Tetapi Islam lebih memperhatikan wanita, karena wanitalah pembangun hakiki dari generasi. Sedangkan ayah baru menyusul kemudian. Mungkin ayah yang akan mendidik tapi itu nanti sesudah peranan sang ibu. Itulah sebabnya Islam mengusahakan terjaminnya belanja hidup sang ibu, agar ia tidak usah bekerja di luar rumah.
Islam tidak menyukai wanita dilelahkan syarafnya dengan bekerja memeras tenaga. Wanita yang bekerja pulang ke rumah sudah dalam keadaan lelah seperti halnya si pria. Syarafnya tegang dan ototnya kaku. Lalu timbullah pergeseran-pergesaran tegang antara dia dengan suaminya. Kedua-duanya tidak mau mengalah. Anak-anaknya pun lalu merasa tidak punya ibu. Yang terasa oleh mereka adalah mereka punya dua ayah, karena ibu tidak bisa memerankan wanita sebagai istri yang baik.
Dalam anggapan Islam, wanita bukanlah sekadar sarana untuk melahirkan, mengasuh, dan menyusui. Kalau hanya sekedar itu, Islam tidak perlu bersusah payah mendidik, mengajar, menguatkan iman, dan menyediakan jaminan hidup, jaminan hukum dan segala soal psikologis untuk menguatkan keberadaannya sebagai wanita. Kita katakan mengapa ‘mendidik’, bukan sekedar melahirkan, membelai dan menyusui yang setiap binatang pun mampu melakukannya.
Untukmu wahai para wanita, kembalilah kepada Allah dan Rasul-Nya. Ikutilah jalan wanita-wanita yang Allah dan Rasul-Nya istimewakan. Engkau tidak akan kembali mulia jika tidak mengikuti jejak mereka.
Cianjur Kota Santri, 21 Januari 2019
sumber : https://cianjurkotasantri.com/urgensi-peran-wanita/